Langsung ke konten utama

Filsafat Transendental Kant

 

Filsafat Transendental Kant

Sumber: The Critic of Pure Reason by Immanuel Kant


 

Filsafat Kant sering disebut filsafat kritisisme. Kritisisme diangkat sebagai bentuk pengetahuan yang diperoleh dengan mempertanyakan kemungkinan pengetahuan. Kant mempertanyakan bagaimana pengetahuan itu mungkin pada manusia. Di tengah arus rasionalisme dan empirisme filsafata Kant mampu menapaki atau berdiri sendiri.

Pada filsafat transendental, meneliti syarat-syarat kemungkinan pengetahuan. Sedangkan proses pengetahuan termasuk ke dalam filsafat epistemologi. Objek penelitian filsafat transendental adalah stuktur apriori (yang ada dalam pikiran kita yang mendahului pengalaman) sebagai syarat yang memungkinkan pengetahuan. Kant mengatakan bahwa stuktur apriori adalah objek penelitian. Adapun pengertian transenden adalah melampaui inderawi. Membuat metafisika menjadi sebuah ilmu. Pada zaman Kant ilmu-ilmu alam (galileo, gravitasi matematika, dll) menjadi sebuah ilmu akan tetapi metafisika selalu menjadi bahan perdebatan. Bagaimana caranya metafisika menjadi sebuah ilmu sebagaimana ilmu pengetahuan?. Hal ini menjadi tujuan motif Kant bahwa metafisika menjadi ilmu. Matematika dan ilmu alam dapat maju dan progresif akan tetapi dalam metafisika selalu menjadi perdebatan. Meneliti metafisika mungkin menjadi ilmu pengetahuan. Oleh karena itu pertanyaan itu direformulasi dengan lebih dulu menjawab mengenai kemungkinan ilmu pengetahuan. Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, terlebih dulu bertanya mengenai ilmu pengetahuan secara umum atau niscaya (ilmu-ilmu alam). Akan tetapi sebelumnya lebih dulu meneliti tentang putusan sintesis apriori. Oleh karena itu mulai meneliti tentang putusan sintesis apriori itu mungkin. Hasilnya nanti pengetahuan filsafat transendental mengenai syarat-syarat apriori kemungkinan pengetahuan.

Putusan analitis adalah putusan yg tidak menambahkan informasi pada subjek. Putusan analitis tidak menambahkan ilmu pengetahuan baru. Putusan sintesis adalah putusan yang menambahkan sesuatu pada subejk pada pengalaman “ ruangan ini dingin” bersifat sintesis aposteriori. Pengalaman adalah tidak bersifat umum. Sehingga teori ilmu pengetahuan itu bersifat sintesis apriori yang muncul dari pikiran kita. Hal tersebut yang akan dicari Kant tentang “Bagaimana ilmu pengetahuan yang bersifat umum, niscaya dan apriori itu mungkin?” Tanpa merujuk ke pengalaman. Oleh karena itu yang diteliti adalah stuktur apriori dalam diri subjek (yang ada di kepala kita). Akan tetapi kita tidak mungkin meneliti apriori kita. Dalam diri subjek terdapat stuktur apriori yang disebut ruang dan waktu serta 12 kategori transcendental yang secara apirori ada dalam diri kita.

Ego transcendental digunakan untuk memperlihatkan syarat-syarat kemungkinan pengetahuan. Dalam diri kita telah selalu ada stuktur apriori yang memungkinkan pengetahuan sehingga objek yang kita kenal bukan lagi objek sebagaimana objek itu sendiri misal “kita pakai kacamata hitam pasti yang dilihat hitam semua”. Oleh karena itu Kant mengatakan bahwa apa yang kita lihat bukan lagi benda itu tetapi penampakan dari benda dengan memakai kacamata hitam. Menurut Kant, objek pengetahuan itu tidak ada. Objek pengetahuan adalah apa yang telah dibentuk dalam kacamata itu, sedangkan objek itu sendiri tidak tahu seperti apa. Adapun ruang dan waktu adalah kategori dalam diri kita (kepala kita). Buktinya dapat kita persepsikan “objek ini di atas meja atau di bawah” itu termasuk kategori ruang dan ada di dalam kepala kita. Begitu juga waktu “ berlangsung cepat, lambat” karenanya waktu ada dalam kepala kita. Adapun terkait kategori 12 transendental misalnya “setiap benda yang kita lihat pasti melibatkan dua atau tiga dari kategori-kategori tersebut ada kategori kesatuan, dll. Hal ini sebenarnya kategori tidak lain fungsi dari pikiran kita sendiri.  Pikiran kita bekerja dalam cara kategori transcendental. Seperti persepsi kita melihat benda dengan menggunakan kacamata tadi, hal tersebut berkaitan dengan fenomena dan naumena.

Semua itu baru mungkin mengatakan bahwa itu adalah benda sebagai ilmu pengetahuan. Ego transendental sebagai syarat pengetahuan itu tidak mungkin diketahui karena syarat-syarat pengetahuan itu sehingga tidak mungkin dijadikan objek pengetahuan adalah logis. Ego transcendental adalah sebuah “X” kita andaikan ada sebagai syarat-syarat ilmu pengetahuan. Titik tertinggi yang memungkinkan ilmu pengetahuan adalah ego transcendental.  

Komentar