Konsep Mubaadalah Dalam Pembelajaran Matematika
Matematika
adalah ilmu pengetahuan yang mampu melatih pola pikir dalam menyelesaikan
permasalahan kehidupan sehari-hari. Di dalamnya kita mempelajari materi
hitungan, penerapan rumus dan penalaran yang mampu mengkoneksikan dengan
permasalahan kehidupan sehari-hari. Meskipun matematika adalah ilmu eksak dan
cenderung dikatakan ilmu yang saklek akan tetapi kenyataannya ilmu ini mampu
mengkoneksikan dengan kelimuan lain yang berkaitan dengan data dan perhitungan.
Dalam dunia sains dan teknologi ilmu matematika adalah ilmu dasar yang harus
diketahui oleh mahasiswa bahkan di semua cabang ilmu eksak. Jika kita mendengar
kata eksak maka yang tertuang di dalam pikiran kita adalah tentang sebuah ilmu
perhitungan seperti fisika, matematika dan kimia, terutama untu ilmu
matematika, sejak jaman pertama kali kita mulai belajar berhitung kita sudah
dikenalkan bahwa matematika itu adalah eksak atau matematika sering disebut
dengan ilmu pasti dalam hal ini yang dimaksud adalah jika 1 + 1 pasti akan
hasilnya adalah 2 namun setelah lama belajar matematika saat ini telah
ditemukan bukti bahwa tidak selamanya ilmu yang mempelajari matematika tidaklah
sebuah ilmu pasti.
Banyak
orang yang mengatakan bahwa matematika adalah ilmu yang paling susah karena
berkaitan dengan perhitungan dan penerapan rumus yang cukup rumit terutama. Seperti
yang dialami dikalangan pelajar baik
perempuan maupun laki-laki menganggap matematika adalah mata pelajaran yang
menakutkan dan membosankan. Disamping materi yang cukup rumit, mempelajari
matematika memang harus dikoneksikan dengan rumus atau konsep yang dipelajari
sebelumnya. Ini yang menjadi akibat mengapa matematika adalah ilmu yang sulit
karena ketika untuk memahami suatu konsep harus dipahami dengan sungguh-sungguh
sehingga berakibat pada pemahaman konsep selanjutnya. Pendidikpun berpengaruh
terhadap proses pembelajaran matematika, mereka yang cenderung tegas dan galak
menjadi penyebab matematika adalah momok yang menakutkan dikalangan pelajar.
Berangkat dari masalah ini, perlu menggunakan metode mengajar matematika yang
efektif sehingga siswa nyaman dan memahami materi yang disampaikan.
Berdasarkan
hal tersebut, aspek gender dalam pembelajaran matematika menjadi perhatian
seorang pendidik. Perbedaan perlakuan gender bukan hanya berakibat pada
kemampuan koneksi matematis, akan tetapi berakibat pada proses memperoleh ilmu
pengetahuan matematika. Berangkat dari permasalahan yang dialami seorang
pendidik, persamaan hak dalam memperoleh akses ilmu pengetahuan menjadi sebuah
prioritas. Hal ini sering kali terkendala soal bagaimana pendekatan dan model
yang digunakan dalam menyampaikan materi matematika di ruang kelas. Maka dari
itu kemampuan seorang pendidik sangat diperlukan yaitu persoalan pemahaman dan
implementasi keadilan gender yang diterapkan dalam ruang pembelajaran atau
kelas. Melalui metode yang digunakan dalam pembelajaran, kini telah hadir
kurikulum yang lebih manusiawi yang mampu menerapkan kesalingan dalam proses
pembelajaran yaitu kurikulum 2013. Dalam kurikulum ini menerapkan siswa sebagai
pusat pembelajaran sehingga melahirkan kemerdekaan berfikir dan pengembangan
potensi siswa. Siswa diberikan kebebasan untuk menyampaikan pendapat dan
mengembangkan pengetahuannya secara mandiri, sehingga mampu melatih siswa dalam
hal public speaking.
Akan
tetapi, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pendidik mampu memahami
kondisi mental dan psikologis siswa sehingga dalam proses pembelajaran tidak
terjadi ketimpangan gender. Banyak yang berpendapat bahwa perempuan tidak cukup
berhasil mempelajari matematika dibandingkan laki-laki. Selain itu, perempuan
hampir tidak mempunyai ketertarikan pada soal-soal teoritis, tidak seperti
laki-laki dan lebih tertarik pada hal-hal yang praktis. Namun dilain pihak,
tidak sedikit siswa perempuan yang memiliki keberhasilan dalam kemampuan
matematika. Maka dari itu perlu diterapkan model pembelajaran yang mampu mengimbangi
kemampuan yang dimiliki oleh masih-masing siswa perempuan maupun laki-laki.
Dalam konteks pembelajaran, selain menggunakan konsep adil gender juga harus
menerapkan kesalingan antara guru dan murid supaya terciptanya sebuah pendidikan
yang manusiawi dan harmonis. Konteks ini tidak lepas dari hakikat ajaran islam
yang menerapkan keadilan gender dan kesalingan dalam sebuah relasi, entah dalam
keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat.
.
Komentar
Posting Komentar